Kamis, 14 Mei 2015

Brand Loyalty

Brand loyalty adalah kondisi dimana seorang konsumen menggunakan produk/jasa dari brand yang sama. Dengan ketatnya persaingan, banyak brand yang berlomba-lomba untuk membuat konsumen loyal kepada brandnya masing-masing. Belum lagi dengan adanya perkembangan di bidang teknologi yang menyebabkan konsumen lebih cepat berpaling dari satu brand ke brand lainnya. Gue akan bahas beberapa cara yang dapat kita lakukan agar kita dapat membangun brand loyalty.

1. Make a good first impression
Banyak konsumen yang akan mengingat first impression saat menggunakan produk/jasa sebuah brand maka sebaiknya kita memberikan pelayanan dengan sebaik mungkin. Jika kita memberikan first impression yang buruk, maka kita akan mengeluarkan banyak uang dan waktu untuk memperbaikinya.

2. Keep in touch with customer
Setelah mendapatkan impresi yang bagus dari konsumen, sekarang kita dapat menjalin hubungan dengan konsumen. Ada beberapa cara untuk tetap berhubungan dengan konsumen misalnya mengirimkan ucapan ulang tahun atau memberikan catalog produk yang akan diluncurkan.

3. Let people connect with you on their own terms
Saat kita menjalin hubungan dengan konsumen, berikan pilihan kepada konsumen apakah mereka mau mendapatkan e-mail newsletter atau tidak, apakah mereka ingin dikirimi catalog produk tiap minggu atau tidak, karena ada beberapa konsumen yang merasa terganggu dengan adanya hal-hal semacam itu.

4. Set the stakes high
Buat konsumen berinvestasi di brand kita. Contohnya, dengan adanya member card, konsumen akan lebih loyal karena jika mereka berpaling ke brand lain, maka biaya pembuatan member card akan sia-sia.

5. Reward your customer
Dengan memberikan reward untuk repeat customer, maka ada kemungkinan besar konsumen tersebut akan datang lagi dan lagi sehingga menjadi loyal customer. Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memberikan reward, misalnya potongan harga, bonus dan benefit lainnya.

Sekian dulu corat-coret gue tentang brand loyalty, Cheers!


Rabu, 13 Mei 2015

Brand Trust

Pada Januari 2009, Concerto Marketing melakukan sebuah research tentang brand trust. Hasil penelitiannya mengungkapkan jika seseorang telah mempercayai sebuah brand maka ia akan:
  • 83% merekomendasikan kepada orang lain
  • 82% akan menggunakan produk/service lebih sering
  • 78% akan mencoba produk/service baru yang ditawarkan brand tersebut
  • 50% rela membayar lebih untuk produk/service tersebut
Dengan demikian, orang akan membeli lebih banyak, mencoba lebih banyak dan membayar lebih banyak jika sudah percaya pada suatu brand. Dari penelitian lebih lanjut, didapatkan juga 6 penggerak dari brand trust yang akan gue bahas dibawah ini.

  1. Stability : Sebuah brand harus memiliki stabilitas agar dapat dipercaya oleh konsumen
  2. Development : Sebuah brand harus tetap berinovasi dan berkembang 
  3. Relationship : Sebuah brand harus menciptakan hubungan dengan konsumen
  4. Benefit : Sebuah brand harus memberikan nilai lebih melalui produk/servicenya agar dapat dipercaya konsumen
  5. Vision : Sebuah brand harus memiliki visi yang jelas dan terarah
  6. Competence : Sebuah brand harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan keinginan konsumen
 Jadi bagaimana kita dapat mendapatkan kepercayaan konsumen?
  • Establish the strength of trust drivers.
  • Define the trust drivers.
  • Refine the tactics.
Brand Activation
Karena maraknya campaign brand activation akhir-akhir ini di social media, gue putuskan untuk membahas tentang brand activation. Brand activation adalah sebuah discipline baru di dunia marketing dengan tujuan mengarahkan tindakan konsumen dengan cara brand interaction dan experience.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat kita melakukan brand activation.

  • Brand activation bukan sebuah discipline yang berdiri sendiri melainkan bagian vital dari strategi marketing. Oleh karena itu perlu diingat untuk memperhatikan resource dan budget agar objective dapat dipenuhi.
  • Campaign yang dilakukan dapat dirubah sesuai dengan target dan kondisi market karena dengan brand activation yang sama belum tentu hasilnya juga sama. Oleh karena itu sebaiknya kita menyesuaikan aktivasi kita dengan kondisi.
  • Karena brand activation adalah hal baru dalam dunia marketing, maka kita jangan ragu untuk memilih agency untuk membatu kita dalam melakukan aktivasi brand.
  • Tujuan brand activation bukan hanya sales, campaign yang dilakukan bisa untuk membangun awareness, brand loyalty dan implementasi strategi.
Ada beberapa bentuk aktivasi brand yang dapat dilakukan.
  1. Consumer promotions
  2. Experiential Marketing
  3. Digital campaigns
  4. Shopper Marketing
  5. Sampling campaigns
Dibawah ini gue akan coba berikan beberapa contoh brand activation.

 Sekian dulu corat-coret gue tentang brand activation, Cheers!

Brand Voice


Sebelum kita masuk lebih dalam, gue akan bahas apa itu brand voice. Brand voice adalah bagaimana perusahaan mengekspresikan pesannya. Karena makin sengitnya persaingan, pesan yang kita berikan harus jelas, menghibur, berguna dan relevant. Ada 12 element penting dalam brand voice.

1. Word length
Short words dapat dipakai jika pesan yang ingin disampaikan adalah "simple and direct" sedangkan longer words menyampaikan nuansa "sophistication dan nuance". Penggunaan short words memberikan impact yang besar sedangkan longer words memberikan softer and relaxed effect.

2. Sentence length
Kalimat yang pendek memberikan pesan yang singkat dan jelas, sedangkan kalimat yang panjang memberikan pesan yang complex. Rule of thumb yang dapat digunakan adalah kalimat harus dapat diucapkan dengan jelas dalam satu tarikan nafas.

3. Tempo
Phrase yang digunakan perusahaan sebaiknya tidak terlalu singkat atau panjang. Tujuannya untuk membuat konsumen tetap tertarik. Pemberian rima juga membantu kita untuk menciptakan tempo yang menarik.

4. Pronouns
Saat kita membahas tentang perusahaan kita, ada beberapa pilihan yang dapat digunakan. Sudut pandang orang pertama(kami). Penggunaan sudut pandang orang pertama memberikan pesan yang instan dan kesan reachable. Sedangkan sudut pandang ketiga(PT X) memberikan pesan bahwa detached.

5. Jargon
Jargon adalah kata khusus yang sering digunakan oleh professional. Jargon yang kita gunakan dapat dikatakan buruk jika membingungkan konsumen dan menyembunyikan kebenaran. Sedangkan jargon yang baik memberikan kesan bahwa konsumen adalah bagian dari sebuah komunitas. Jargon yang baik juga dapat menghemat waktu dan tempat. Sebaiknya kita menggunakan jargon hanya saat kita yakin bahwa konsumen kita tahu apa yang dimaksud oleh jargon kita.


6. Clichés
Cliches sebaiknya dihindari karena memberikan pesan yang dinilai tidak fresh dan kuno. Apalagi jika banyak perusahaan pesaing menggunakan cliches yang sama, maka kita harus mengeluarkan biaya lebih agar 'dapat dibedakan' dengan pesaing.

7. Casual
Saat kita menyampaikan pesan, sebaiknya kita menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal karena memberikan kesan relaxed, accessible dan membuat konsumen seolah-olah berada dalam bercakapan.

8. Mistake and rule breaking
Ada waktunya dimana kesalahan dapat meningkatkan ketertarikan orang pada sebuah brand tertentu. Seperti brand cereal yang sengaja dinamakan Froot Loops, bukan Fruit Loops.
Sekian dulu corat-coret gue tentang brand voice, Cheers!

Bedah Brand : Telkomsel

 

Karena beberapa waktu lalu kelas brand management gue diisi oleh dosen tamu dari Telkomsel, maka gue akan coba sharing apa yang gue dapet dari kelas dosen tamu kemaren. Pertama-tama Kak Isti (dosen tamu dari Telkomsel) membuka kelas dengan pertanyaan-pertanyaan simple dan menayangkan beberapa campaign dari Telkomsel.Yang menarik dari Telkomsel adalah disaat provider yang lain mencoba untuk terlihat 'global', Telkomsel hadir dengan tagline "Telkomsel Paling Indonesia". Dijelaskan juga oleh Kak Isti, Telkomsel memilih tagline tersebut karena visi dan misi Telkomsel tidak sekedar menjadi provider telepon genggam tetapi juga menjadi pendorong perkembangan Indonesia dibidang digital. Dari presentasi yang ditampilkan kemaren, gue menarik kekurangan dan kelebihan Telkomsel yang akan gue jelaskan dibawah ini.

Kelebihan:
  • Telkomsel memegang market share terbesar dibidang service provider
  • Berperan aktif dalam kegiatan sosial (CSR)
  • Telah memenangkan 240 award tingkat nasional
  • Salah satu promotor 4G di Indonesia
  • Memiliki brand equity yang besar
  • Punya brand awareness dan asosiasi yang kuat di masyarakat
  • Memiliki brand image yang baik
Kekurangan:
  •  Karena banyaknya produk yang diluncurkan, Telkomsel dianggap konsumen tidak konsisten dan kehilangan fokus
  • Telkomsel dianggap sebagai provider untuk 'orang tua' karena logo dan pesan yang disampaikan, padahal Telkomsel tidak melakukan segmentasi berdasarkan umur
  • Banyak yang menganggap bahwa Telkomsel boros dan mahal
  • Pesan yang disampaikan oleh Telkomsel melalui iklan dan campaignnya dianggap tidak jelas
Ada beberapa yang menurut gue perlu dilakukan oleh Telkomsel agar menjadi lebih baik
  1. Merubah cara penyampaian pesan kepada konsumen karena terbukti tidak efektif.
  2. Karena sudah dikenal sebagai provider premium, sebaiknya Telkomsel fokus untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan mengincar niche market.
  3. Melakukan aktivasi marketing kepada generasi muda yang nantinya akan menjadi konsumen utama Telkomsel
Sekian dulu corat-coret gue, Cheers!

 

Selasa, 12 Mei 2015

Brand Architecture



Brand architecture adalah struktur dari sebuah brand yang dapat dipakai jika brand tersebut memiliki banyak varian dan kategori. Ada beberapa jenis brand architecture yang dapat digunakan. Gue akan coba bahas satu-persatu dan memberikan contohnya.

1. Product Brand

Strategi ini dapat dipakai jika suatu perusahaan memiliki produk yang berbeda-beda dengan positioning yang spesifik untuk tiap brandnya. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi ini.
Pros :
  • Parent brand tidak usah takut brand image menjadi jelek jika salah satu brandnya memiliki performa yang jelek.
  • Parent brand lebih leluasa untuk menyusun strategi marketing

Cons :
  • Biaya marketing menjadi besar karena tiap brand harus dipromosikan secara terpisah

2.  Ranges Brand

Strategi ini dapat dipakai jika perusahaan memiliki brand name dan positioning yang spesifik dengan kategori yang sama. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi ini.
Pros :
  • Brand building dapat dilaksanakan dengan mudah
  • Dapat memperkuat brand value parent brand
Cons :
  • Ada kemungkinan brand image menjadi jelek karena menggunakan brand yang sama
3.  Line Brand

Strategi ini dapat dipakai jika sebuah perusahaan memiliki 1 produk dengan 1 nama dan menggunakan positioning yang sama untuk mengcover 1 lini produknya. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi ini.
Pros :
  • Lebih mudah untuk memposisikan sebuah brand
Cons :
  •  Tidak dapat dipakai jika positioning tiap produknya berbeda-beda
4. Umbrella Brand

Strategi ini digunakan saat sebuah produk menggunakan nama parent brandnya. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi ini.
Pros :
  • Lebih mudah untuk memasarkan produk karena menggunakan nama parent brandnya
Cons :
  • Dapat merusak nama parent brand jika performa produk tidak bagus
  • Sulit untuk meluncurkan produk dengan positioning yang berbeda
5. Shared Brand

Strategi ini dapat dipakai jika tiap produknya memiliki nama sendiri dengan tambahan nama brand parentnya. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi ini.
Pros :
  • Tiap produk dapat menggunakan positioning yang berbeda.
Cons :
  •  Karena banyaknya produk brand, ada kemungkinan konsumen lupa akan nama parent brand
6. Endorsed Brand


Ciri-ciri strategi ini adalah menyertakan parent brand dalam visual produknya. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi ini.
Pros :
  •  Lebih mudah menarik konsumen karena sekilas ada "jaminan" dari nama parent brand
Cons :
  •  Dapat membuat nama parent brand menjadi jelek jika performa tidak baik
Sekian dulu corat-coret gue untuk kali ini cheers!

Jumat, 08 Mei 2015

Bedah Brand : Pecel Lele LELA


Bedah brand kali ini, gue akan membahas tentang tempat makan yang cukup unik yaitu Pecel Lele LELA. Usaha ini didirikan pada tahun 2006 oleh Rangga Umara. Dengan modal 3juta rupiah, sekarang Pecel Lele LELA sudah mendapatkan omset 1.8 milliar per bulan. Ada beberapa hal yang gue jadi daya tarik Pecel Lele LELA ini, langsung aja ya gue bahas dibawah ini.

1. Nama
Kata LELA dari Pecel Lele LELA sendiri berarti "Lebih Laku, menurut gue nama ini juga cocok untuk gerai-gerai Pecel Lele LELA karena kebanyakan gerai sudah menempati tempat yang dapat dikatakan 'bagus' dibandingkan tempat pecel lele lainnya, nama Pecel Lele LELA memberikan kesan down to earth sehingga dapat menarik pelanggan dari berbagai macam kalangan.

2. Program Promosi
Ada beberapa promosi yang dilakukan Pecel Lele LELA yang menurut gue unik banget dan menjadi daya saing yang tinggi bagi tempat-tempat makan lainnya.
  • Jika anda bernama "Lela" anda boleh makan gratis seumur hidup. WOW, menurut gue hal ini sangat unik dan gue belum pernah gue temui di restoran lain sebelumnya.
  • Jika anda ulang tahun maka boleh makan gratis, kalo yang satu ini sih udah ada beberapa restoran yang ngelakuin, tapi tetap aja jadi nilai tambah Pecel Lele LELA.
  • Ini juga menurut gue unik, disaat restoran-restoran lain memajang foto-foto artis yang makan, Pecel Lele LELA justru hanya memajang foto-foto konsumen yang mampir ke gerai mereka.
3. Tempat
Selain jadi fasilitas, gerai yang digunakan oleh Pecel Lele LELA ini menurut gue juga jadi differensiasi dan added value bagi konsumen. Disaat pecel lele lain berada di pinggir jalan, Pecel Lele LELA menawarkan tempat yang nyaman untuk menikmati hidangan lele.

Tapi ada beberapa hal yang menurut gue perlu diperbaiki di Pecel Lele LELA.

1. Logo

Karena sebelumnya logo Pecel Lele LELA mendapatkan 'protes' dari Starbuck maka Pecel Lele LELA mengganti logonya menjadi gambar yang digunakan diatas. Walaupun sudah mengganti logonya, menurut gue logo yang sekarang digunakan kurang memberikan impact yang menunjukkan promosi promosi unik Pecel Lele LELA.

2. Variasi Menu

Karena variasi menunya yang dapat dibilang dikit, gue anjurkan Pecel Lele LELA menambah varian menu baik yang menggunakan bahan baku lele ataupun bukan karena dengan adanya variasi menu juga dapat menambah range konsumen Pecel Lele LELA.

Sekian dulu corat-coret gue kali ini, cheers!

Bedah Brand : EIGER



Karena beberapa waktu lalu kelas brand management didatangi oleh dosen tamu dari EIGER, maka gue putuskan untuk nulis beberapa hal yang gue dapet waktu perkuliahan kemaren. Jadi EIGER ini adalah sebuah brand yang berasal dari Bandung dan fokus menjual perlengkapan adventure. EIGER sendiri didirikan pada tahun 1993. Ada beberapa hal yang menurut gue menarik dari EIGER ini dan gue akan coba bahas satu-persatu dibawah.

1. Banyak yang mengira bahwa EIGER adalah produk luar negri.
Menurut gue ini unik karena ada beberapa yang menyebabkan konsumen berpikir bahwa EIGER adalah produk luar negri. Pertama, EIGER memang memposisikan dirinya sebagai brand yang mampu bersaing dengan kualitas luar negri. Kedua, karena kebanyakan produk outdoor yang tersedia dipasar adalah brand luar negri, maka banyak konsumen mengansumsikan bahwa eiger ada brand luar negri.

2. Mendapat 'bonus' konsumen

EIGER sudah melakukan segmenting, targeting, dan positioning dengan detail dan memilih mengambil market yang menyukai kegiatan outdoor. Tetapi ada juga beberapa konsumen EIGER yang tidak 'outdoorsy'. Karena hal tersebut, maka EIGER juga meluncurkan brand baru yaitu Bodypack untuk menyerap market tersebut. Hal yang menarik adalah walaupun EIGER sudah melakukan STP dengan tepat, ada saja anomali yang menyebabkan EIGER mendapatkan bonus konsumen, karena itu Manajemen adalah gabungan art and science.

3.Revenue Stream
Selain menjual produknya, EIGER juga mendapatkan revenue streamnya dari jasa reparasi dan pencucian backpack/carrier yang disediakan oleh EIGER. Selain menambah revenue stream, hal ini juga bisa menjadi kelebihan dari EIGER karena menyediakan after sale service.

Sekian dulu corat-coret gue kali ini, cheers!

Digital brand engagement

Sebelum gue mulai pembahasan tentang digital brand engagement, gue akan coba bahas dulu apa itu brand engagement. Brand engagement  adalah proses untuk membangun ikatan emosional antara orang dan sebuah brand. Karena adanya perkembangan di bidang teknologi, brand engagement juga dapat dibangun melalui internet, maka disebut juga digital brand engagement. Lalu pertanyaannya, kenapa sih digital brand engagement itu penting? Karena dengan perkembangan teknologi dan internet, konsumen mendapat lebih banyak pilihan sehingga loyalitas konsumen pada sebuah brand menurun, disinilah peran digital brand engagement, dengan hubungan emosional yang baik antara konsumen dan sebuah brand, maka loyalitas akan tercipta.

Sebelum kita membuat strategi digital brand engagement, ada beberapa yang harus kita ketahui :

People/Consumer Who are they? What are their values? What motivates them? How do they behave?
Location Where are they? Are they just an Observer? Are they a Participant? Or are they Active Contributor?
Influence Reach of conversation? Authority of dialogue and site? Volume and amount of buzz? Sentiment - (positive, negative, neutral)?
Brand Association Are they inquisitive and looking for info? Are they about to commit to the Brand? Are they loyal brand advocates? Are they brand opponents?

Setelah kita mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas, maka kita dapat membuat strategi digital brand engagement yang lebih baik dan lebih akurat. Dibawah ini juga ada pendekatan-pendekatan yang bisa digunakan untuk menciptakan digital brand engagement yang baik.

People/Consumer Create virtual representative consumer groups Understand why they need your brand Outline what aspects of the brand appeal to them Create content that has a value to each group
Location Be present and available in the relevant online areas Be visible and offer free information Provide a platform/mechanism for interaction Engage with them observing the right etiquette
Influence Prioritise the key influences Stimulate inter consumer dialogue Provide status and recognition for influencers Address negative comments by helping
Brand Association Maximise your advocacy into creating interest Encourage inter consumer dialogue to minimise risk of commitment Reward your advocates and people loyal to your brand Reduce brand opponency where possible

Selain fokus kepada digital brand engagement, kita juga tidak boleh merupakan traditional brand engagement karena walaupun perilaku konsumen sudah berubah kearah digital, tetap saja traditional brand engagement memegang peran yang pentin. Sekian dulu corat-coret gue kali ini, cheers!

Kamis, 07 Mei 2015

Bedah Brand : Kedai TEKO




Bedah brand kali ini gue akan membahas tentang Kedai TEKO. Kedai ini berada di Jl. Neglasari No. 4 lumayan deket dari UNPAR. Kedai TEKO ini udah buka  sejak 15 tahun lalu. Untuk jalan ke
Kedai TEKO ini memang tidak terlalu mudah karena ga ada pemandu atau tanda yang menunjukkan arah ke Kedai TEKO ini. Karena kedai ini udah buka sejak lama tetapi banyak yang yang belum tau tempat ini, gue putuskan untuk membahas kedai ini. Langsung aja ya

1. Nama
Menurut saya Kedai TEKO adalah nama yang kreatif karena produk utamanya adalah teh dan kopi maka yang diseduh menggunakan 'teko' atau juga bisa jadi teko=teh dan kopi. Kedai TEKO juga bisa diambil dari nama pemilik Kedai TEKO sendiri yaitu Tetsy Samoko. Karena beberapa alasan diatas sih gue menganggap nama kedai ini sangat kreatif.

2. Lokasi
Menurut gue juga lokasi Kedai TEKO sangat cocok diliat dari jenis minuman yang dijual cocok diminum di tempat dingin.

3. Layout
Layout Kedai TEKO menurut gue juga udah top banget. Comfy dan homey, cocok banget buat nongkrong.

Hal yang menurut gue bisa diperbaiki oleh Kedai TEKO:

1. Logo
Karena sampai sekarang Kedai TEKO belum memiliki logo, maka gue anjurkan Kedai TEKO untuk membuat logo yang mencerminkan brand image yang diinginkan.

2.Rebranding
Kenapa gue anjurin Kedai TEKO untuk melakukan rebranding? Pertama, karena sudah 15 tahun semenjak Kedai TEKO dibuka, masih banyak orang yang tidak tahu dan apa yang dijual oleh Kedai TEKO.

Hanya sedikit masukan yang bisa gue kasih karena gue sendiri belum sempat mampi kesana dan hanya tau dari tulisan di beberapa blog aja dan memang hanya sedikit yang perlu dirubah karena Kedai TEKO sendiri dapat bertahan selama 15 tahun memang tidak mudah. Sekian dulu corat-coret gue kali ini, cheers!

Rabu, 06 Mei 2015

Bedah Brand : Coffee Time



Entry kali ini gue akan coba bahas tentang Coffee Time. Jadi Coffee Time ini adalah cafe bernuansa retro yang ada di daerah Taman Kopo. Gue sama temen gue sering kesini karena dua hal. Satu tempatnya comfy, dan dua karena deket. Coffee Time menjual makanan dan minuman khas Itali maupun Indonesia dengan range harga 10-40rb. Karena gue sering kesini, maka gue putuskan untuk bahas brand ini. Jadi kita langsung bedah brandnya ya.

1. Nama
Coffee Time, menurut gue nama Coffee Time ini bisa diartikan menjadi 2 macam. Pertama, Coffee Time=It's Time for Coffee atau yang kedua, karena cafe ini bernuansa tua, maka yang dimaksud dengan Coffee Time adalah tempat ngopi dengan konsep "going back in time".

2. Logo
Logo Coffee Time adalah cangkir dengan coffee maker, menunjukkan bahwa produk utama Coffee Time adalah kopi.

3.Slogan
 Dengan slogannya yaitu "The Taste Experience", Coffee Time berupaya untuk mengedepankan rasa dan kualitas dari kopinya. Slogan ini juga sepertinya bertujuan agar orang berminat "mencicipi" taste yang ditawarkan oleh Coffee Time.

Hal yang menurut gue masih harus diperbaiki :

1. Coffee Time sudah memiliki 2 media sosial tapi belum digunakan dengan baik.
Instagram - https://instagram.com/coffee_timecafe/
Twitter - https://twitter.com/cafecoffee_time
Keduanya sudah lama tidak diupdate dan contentnya gue anggap kurang menarik

2. Logo yang digunakan tidak menunjukkan bahwa Coffee Time adalah cafe dengan tema retro. Mungkin sebaiknya Coffee Time merubah logonya sehingga lebih menunjukkan differensiasi yang digunakan.

3.Walaupun Coffee Time ingin mengedepankan minuman dengan tema kopi, tetapi banyak konsumen yang malah tidak memesan kopi. Karena itu Coffee Time seharusnya memberikan edukasi mengapa kopi yang disediakan oleh Coffee Time itu berbeda dengan kopi yang dijual ditempat lain.

Sekian corat-coret gue untuk kali ini. Cheers!

Building Brand Equity


Karena brand equity sangat penting, maka kita harus membangun brand equity sesuai dengan tujuan kita agar dapat mengirimkan pesan yang tepat kepada konsumen kita. Brand equity harus kita kelola karena brand equity termasuk intangible asset. Merk yang memiliki brand equity yang kuat memiliki daya tarik yang tinggi juga untuk konsumen.

Menurut Kevin Lane Keller ada 3 hal yang mendorong pertumbuhan brand equity yaitu brand element, program dan aktivitas marketing, dan brand association. Sekarang gue akan coba bahas satu-persatu

Brand Elements

Untuk meningkatkan brand awareness, kita dapat mendesain brand elements dengan kebutuhan kita agar dapat memfasilitasi brand association yang kuat dan unik. Beberapa brand elements yang dapat kita gunakan adalah nama, logo, slogan, simbol, packaging, dan karakteristik. Untuk mendapatkan brand awareness yang kuat kita harus menggunakan brand elements yang mudah diingat, kompetitif, fleksibel, dapat dipercaya dan mudah dimengerti oleh semua budaya.

Program dan Aktivitas Marketing

Program dan aktivitas marketing dapat membantu kita untuk menfasilitasi peningkatan brand awareness dan juga membantu kita untuk menciptakan brand image yang baik. Program dan aktivitas marketing harus disesuaikan dengan marketing mix yang kita gunakan karena sebaik apa pun brand management yang kita lakukan, produk tetap jadi first frontier untuk brand kita.

Brand Association

Brand asosiasi penting untuk membangun brand equity karena brand asosiasi menciptakan brand image yang positif untuk meningkatkan market share. Selain itu, brand asosiasi juga membantu kita untuk menyampaikan informasi kepada konsumen, menjadi reason-to-buy, jadi differensiasi/positioning dan menjadi dasar untuk extension.

Sekian dulu corat-coret gue untuk entry kali ini cheers!

Minggu, 12 April 2015

5 Disciplines of Brand Building pt 1


Sebelum kita membangun sebuah brand, ada beberapa disiplin atau cara yang harus diperhatikan agar brand kita dapat bersaing di pasar dan akhirnya akan memiliki competitive advantage. Setelah gue baca-baca, ada satu tulisan yang membuat gue tertarik yaitu 5 discipline on branding. Jadi 5 discipline ini akan membantu kita untuk memperkecil gap antara branding yang kita lakukan dan ekspetasi konsumen.

1. Differentiate

 Otak kita dirancang untuk memilah informasi dan kita lebih gampang untuk mencari perbedaan diantara informasi yang ada, so be different! Fokus dapat mendukung kita agar mendapatkan diferensiasi jika digunakan secara tepat.
a. Fokus
Fokus adalah salah satu cara agar produk kita mendapatkan diferensiasi. Untuk menilai apakah kita sudah fokus ada 3 pertanyaan yang harusnya dapat dijawab. Who are you? What do you do? Why does it matter? Jika belum dapat menjawab ini, maka sebuah brand kurang fokus. Salah satu cara perusahaan kehilangan fokusnya adalah brand extension. Jadi jangan sampai kita mencari short-term profit tetapi kehilangan long-term value(fokus).


2. Collaborate
Kenapa kolaborasi? Karena dengan adanya synergy maka 1+1=11 maka dengan adanya kolaborasi value brand kita juga dapat bertambah. Ada 3 model yang digunakan untuk kolaborasi:





3.  Innovate
"Creativity is what gives brands their traction in the marketplace". So, how do you know when your idea is innovative? When it scares the hell out of everybody. Brand yang inovatif butuh nama yang 'stand out'. Ciri-ciri 'stand out' name:
a. Distinctiveness
b. Brevity
c. Appropriateness
d. Easy to spell and pronounce
e. Likeability
f. Extendability
g. Protectability

Selain nama yang unik, inovasi juga dapat dilakukan pada dengan cara membuat icon/avatar dan menggunakan packaging. Tidak jarang sebuah brand menjadi mudah diingat karena packagingnya yang unik. Sekian dulu corat-coret gue kali ini, next entry gue akan melanjutkan tentang Discipline of brand building.

5 Disciplines of Brand Building pt 2


Karena minggu lalu gue sudah membahas sebagian dari 5 disciplines of brand building, jadi entry kali ini gue akan menyelesaikan pembahasan tentang disiplin-disiplin dan apa yang ingin dicapai saat kita menggunakan 5 disiplin ini. Langsung aja ya gue mulai pembahasannya.

1. Validate
Kenapa sih brand kita harus di validasi? Karena validasi mengajak audience kita masuk kedalam proses kreatif. Ada 2 cara untuk melakukan validasi sebuah brand yang biasanya sudah banyak diketahui yaitu focus group dan quantitative study. Tapi kedua metode tersebut tidak terlalu efektif dan memakan banyak waktu dan biaya. Ada beberapa cara yang lebih efesien yaitu:
a. Swap test.
Jika trademark/graphic yang ditukar terlihat lebih baik, maka keduanya tidak optimal.



b. Hand Test
Jika trademark ditutup dan kita tidak dapat mengetahui siapa yang memiliki brand, maka brand voice nya tidak distinctive.

c. Field test
Jika konsumen tidak tahu apa konsep produk kita, maka kita gagal untuk mengkomunikasikan konsep produk kita.
Pada field test, kita dapat mengukur: distinctiveness, relevance, memorability, extendability, dan depth of meaning.

2. Cultivate
Brand merupakan organisme yang hidup da bisnis adalah proses bukan entity. Brand dapat dianggap seperti manusia. Jika manusia dapat mengganti baju tanpa mengganti karakter mereka, maka brand juga bisa. Yang perlu dilakukan 'influence the character of a brand'.




Jadi untuk apa sih kita menerapkan 5 disiplin ini? Tujuannya adalah membuat brand kita menjadi brand yang karismatik. Apa itu charismatic brand? Charismatic brand adalah brand yang dianggap oleh konsumen tidak memiliki substitusi. Berikut adalah brand-brand yang dianggap karismatik.

Selain membuat brand kita karismatik, tujuan kita mempelajari 5 disiplin ini adalah memperkecil gap antara brand kita dengan ekspetasi konsumen. Karena semakin kecil gap antara ekspetasi dan brand kita, maka konsumen akan semakin puas. Kepuasan konsumen menjadi kunci dan akan bersifat loyal.
Sekian dulu corat-coret gue kali ini. Cheers!

Kamis, 09 April 2015

 Bedah Brand : Bistik AA


Kalo yang tinggal di Bandung biasanya sih udah pada tau Bistik Astana Anyar atau yang biasa disebut Bistik AA. Warung bistik ini biasanya buka dari pukul 17.00 dan tutup jika habis. Warung nasi bistik ini juga selalu penuh karena harganya yang murah dan rasanya yang enak. Sampai saat ini warung bistik ini belum memiliki logo. Karena belum memiliki logo atau ciri khusus, Bistik AA juga tidak dapat membuka cabang dan bisnisnya dari dulu tidak berkembang pesat. Karena dasar itu menurut gue Bistik AA ini perlu melakukan rebranding.

Hal yang pertama yang perlu dilakukan Bistik AA menurut gue ada merubah positioning nya. Banyak temen gue yang sebenernya suka dengan masakan yang ditawarkan tapi risih dengan tempatnya. Jadi menurut gue layout warung bistik ini perlu dirubah agar image Bistik AA jadi tempat makan yang nyaman.

Kedua, menurut gue Bistik AA merupakan bisnis yang memiliki potensi besar sehingga dapat dikembangkan. Tentunya jika ingin membuka cabang, Bistik AA perlu membuat standar yang memastikan kelangsungan bisnis cabangnya misalkan berapa banyak nasi setiap porsinya atau berapa berat daging per porsi yang akan diberikan.

Ketiga, menurut gue Bistik AA harusnya membuat semacam banner agar orang-orang tahu bahwa warung bistiknya 'ada' disana. Karena kemungkinan ada beberapa orang yang ingin mencoba bistik ini tetapi tidak tahu tempat pastinya. Banner juga bisa diberikan logo agar lebih catchy/menarik perhatian orang.

Menurut gue hal-hal diatas perlu dilakukan jika Bistik AA ingin mengembangkan bisnisnya atau sekedar menjaga bisnisnya agar tetap berjalan dengan baik. Sekian dulu corat-coret gue kali ini :)


Minggu, 15 Maret 2015

Penerapan the Pyramid

Karena pada entry sebelumnya gue membahas tentang brand pyramid dan bagaimana pentingnya kita menjalin ikatan emosional, maka pada entry kali ini gue akan membahas bagaimana cara menerapkan brand pyramid saat mengembangkan marketing strategy. Penerapannya akan gue bahas berdasarkan tiap tahapannya.

1. Presence and Relevance.

Pada tahapan ini, kita dapat menggunakan marketing mix sebagai landasan dari marketing strategy dan membangun brand awareness dari produk kita.

Jika kita memiliki beberapa kelompok konsumen dengan needs and wants yang berbeda, maka kita harus melakukan segmenting agar kita dapat fokus kepada target pasar yang akan kita layani. Kita juga dapat menggunakan tools lain untuk mengehtahui apa yang sebenarnya konsumen inginkan dari produk/jasa yang kita tawarkan. Tools lain yang dapat kita gunakan adalah Conjoint Analysis. Karena pada 2 tahap ini masih sedikit atau tidak ada ikatan emosional, maka kita harus melakukan Pricing dengan tepat.

2. Performance.
Untuk mencapai tahapan ini, kita harus menunjukkan bahwa produk/jasa yang kita tawarkan lebih baik dari perusahaan pesaing. Untuk melakukan itu, kita harus mengedukasi konsumen dan memberikan informasi yang tepat agar mereka dapat membandingkan produk kita dengan produk pesaing dan tahu mengapa produk kita superior dibanding pesaing. Untuk membantu, kita dapat menggunakan USP(Unique Selling Proposition) Analysis.

3. Advantage and Bonding.
Untuk mencapai tahapan ini, kita harus mengkomunikasikan lebih jauh lagi benefit yang diberikan oleh brand kita. Kita dapat memberikan produk superior (higher quality lower price) tapi biasanya strategi ini membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar. Kita dapat menggunakan cara lain yaitu mengaitkan brand kita dengan satu emosi yang spesifik seperti senang, sedih, adventure dan lain-lain.

Saat konsumen telah merasakan dan mengehtahui bahwa brand kita merepresentasikan suatu emosi tertentu, maka konsumen akan membangun ikatan emosional yang kuat dan mulai menyebarkan word of mouth positif. Pada saat ini, kita dapat melakukan reinforcement pada word of mouth yang disebarkan dengan memberikan reward kepada konsumen yang menyebarkan word of mouth positif tentang produk kita.

Sekian dulu corat-coret gue kali ini tentang penerapan brand pyramid. Cheers!


Brand Pyramid

Semua orang punya ikatan emosional terhadap suatu produk dan ikatan emosional tiap orang berbeda-beda jadi mungkin aja jika kita melihat barang yang sama tapi merasakan hal yang berbeda. Ikatan emosional inilah yang akan gue bahas dengan bantuan Brand Pyramid. Brand Pyramid sendiri dibagi menjadi 5 tahap yang akan gue jelaskan dibawah ini.

1. Presence
Pada tahap ini, konsumen sudah tahu ataupun sudah pernah menggunakan suatu produk/jasa tetapi tidak merasakan ikatan emosional.

2. Relevance
Pada tahap ini, konsumen mulai mempertanyakan apakah produk/jasa yang mereka pakai sudah memenuhi needs and wants mereka. Apakah cost yang mereka keluarkan sesuai dengan benefit yang didapatkan.

3. Performance
Pada tahap ini, konsumen mulai membandingkan suatu merk dengan merk pesaing dan apakah kinerja dari brand tersebut telah sesuai dengan janjinya. Pada tahap ini, konsumen juga mulai membangun asosiasi brand dengan identitas yang spesifik.

4. Advantage
 Pada tahap ini, konsumen mulai membedakan benefit yang didapat dari masing-masing brand dan mulai dibandingkan. Pada tahap ini juga konsumen mulai memiliki ikatan emosional dengan suatu brand.

5. Bonding
Pada tahap ini, konsumen mulai menjalin hubungan dengan sebuah brand. Konsumen yakin bahwa biaya, benefit, dan perfomance dari brand ini sudah sesuai dengan keinginan mereka. Pada tahap ini juga mereka telah membangun ikatan emosional yang kuat dengan brand tersebut dan brand itu sudah menjadi bagian dari self-image mereka. Customer yang berada pada tahapan ini biasanya menjadi vocal advocate dari brand dan mulai menyebar positif word of mouth.

Jika digambarkan, maka bentuk dari tiap tahapannya adalah sebagai berikut:


Jika dilihat, maka pada tahapan Bonding lah customer akan memberikan revenue potential yang paling besar maka dari itu sebaiknya kita membangun ikatan emosional yang kuat dengan konsumen. Sekian dulu corat-coret gue tentang brand pyramid. Cheers!

Brand Personality Part 2


Pada entry kali ini, gue akan menyelesaikan pembahasan tentang brand personality dan memberikan kriteria serta contoh dari masing-masing kelompoknya. Seperti yang gue bahas pada entry sebelumnya, beberapa brand memiliki personalitynya masing-masing dan dapat dipakai untuk segmenting pasar dan menentukan target market mereka. Jangan sampai target market yang dipilih tidak sesuai dengan brand personality dari brand kita. Jadi langsung aja ya gue lanjutin pembahasan tentang brand personality.

1. Competence


A. Reliable
Kriteria:
-Reliable
-Hard-Working
-Secure

B. Intelligent
Kriteria:
-Intelligent
-Technical
-Corporate

C. Successful
Kriteria:
-Successful
-Leader
-Confident

 

2. Sophistication


A. Upper class
Kriteria:
-Upper-class
-Glamorous
-Good-looking

 B. Charming
Kriteria:
-Charming
-Feminine
-Smooth




 

3. Ruggedness


A. Outdoorsy
-Outdoorsy
-Masculine
-Western

B. Tough
-Tough
-Rugged






Sebuah brand tentu saja dapat memiliki beberapa brand personality yang sejenis. Misalkan Sincerity dan Competence dapat digabungkan. Excitement dan Ruggedness juga sering digunakan bersama-sama. Tapi kombinasi yang jarang digunakan adalah sophistication dan ruggedness karena beberapa kriterianya mungkin bertabrakan. Sekian dulu corat-coret gue tentang brand personality cheers!

Brand Personality Part 1

Jadi, beberapa minggu lalu dikelas Manajemen Merk, Danis dosen manajemen merk gue menjelaskan bahwa merk mempunyai personality yang ingin ditampilan. Personality yang ingin ditampilkan dapat bertujuan agar brand identity lebih kuat maupun menarik pelanggan karena dengan banyaknya merk pesaing maka kita dapat menggunakan brand personality untuk memancing konsumen untuk meyakinkan bahwa produk kita lebih "cocok" dengan keinginan konsumen. Langsung aja ya gue bahas disini masing-masing personality dan kriterianya.

1. Sincerity


A. Down to Earth
Kriteria:
-Family Oriented
-Small-Town
-Down to Earth 
B. Honest
Kriteria:
-Sincere
-Honest
-Real
C. Wholesome
Kriteria:
-Orginial
-Wholesome
D. Cheerful
Kriteria:
-Cheerful
-Sentimental
-Friendly

2. Excitement

A. Daring
Kriteria:
-Trendy
-Daring
-Exciting

B. Spirited
Kriteria:
-Cool
-Spirited
-Young

C. Imaginative
Kriteria:
-Unique
-Imaginative

D. Up-to-date
Kriteria:
-up-to-date
-independent
-contemporary

Dari 2 contoh diatas, tentu saja kita bisa menentukan market segmentnya berdasarkan dari kriteria yang dimiliki dari masing-masing brand personality, jadi kita dalam melakukan segmenting dengan melihat brand personality yang kita miliki sehingga dapat memilih target yang lebih baik. Sekian dulu corat-coret gue tentang brand personality dan gue akan lanjutkan sisanya di part 2.

Brand Strategies Part 2


Entry kali ini gue akan melanjutkan tentang brand strategy yang udah sebagian gue bahas pada entry sebelumnya, kali ini gue akan bahas 5 brand strategy lainnya. Langsung aja gue bahas ya.

1. Multi Brand Strategy
Strategi ini biasanya dipakai oleh perusahaan yang sudah kuat dan berada pada pasar yang jenuh. Jadi jika menggunakan strategi ini perusahaan akan meluncurkan produk yang biasanya memiliki spesifikasi dan target pasar yang sama tetapi menggunakan merk yang lain. Tujuannya adalah mengambil target pasar sebanyak-banyaknya. Biasanya jika menggunakan strategi ini akan terjadi kanibalisasi antar merk. Contohnya Volkswagen mengeluarkan beberapa merk kelas premium yaitu Audi, Bentley, Bugatti dan Lamborghini.



2. Private Labels
Strategi ini biasanya dilakukan oleh pihak retailer. Biasanya brand yang namanya tidak begitu kuat lebih baik berkerja sama dengan pihak retailer untuk membuat merk atas nama pihak retailer untuk produknya. Contohnya adalah tissue yang dijual atas merk dagang Carrefour biasanya diproduksi oleh perusahaan lain.
3. Individual/Organizational Branding
Strategi ini menggunakan orang/organisasi sebagai merk. Untuk individual branding, biasanya perusahaan menggunakan nama dan jenjang karir orang tersebut sebagai strategi branding. Contohnya adalah Fred Perry(Atlet Tennis).




4. CrowdSouring Branding
Strategi ini adalah kebalikan dari metode tradisional. Crowdsourcing menggunakan opini konsumen untuk membangun sebuah brand. Kelebihan dari strategi ini adalah meminimalisir adanya brand failure. Contoh perusahaan yang menggunakan strategi ini adalah Budweiser. Perusahaan ini membuat event yang dinamakan "Project 12" dimana konsumen dapat memilih varian beer baru dan nama beer tersebut.



5. Nation Branding
Strategi ini bertujuan untuk mengukur, membangun, dan manage reputasi dari sebuah negara. Untuk Indonesia sendiri masih sedikit sekali yang menggunakan strategi ini. Contoh produk yang menggunakan strategi ini adalah produk Damn I Love Indonesia ciptaan VJ Daniel.


Sekian corat-coret gue kali ini tentang Branding Strategies. Cheers!