Minggu, 15 Maret 2015

Penerapan the Pyramid

Karena pada entry sebelumnya gue membahas tentang brand pyramid dan bagaimana pentingnya kita menjalin ikatan emosional, maka pada entry kali ini gue akan membahas bagaimana cara menerapkan brand pyramid saat mengembangkan marketing strategy. Penerapannya akan gue bahas berdasarkan tiap tahapannya.

1. Presence and Relevance.

Pada tahapan ini, kita dapat menggunakan marketing mix sebagai landasan dari marketing strategy dan membangun brand awareness dari produk kita.

Jika kita memiliki beberapa kelompok konsumen dengan needs and wants yang berbeda, maka kita harus melakukan segmenting agar kita dapat fokus kepada target pasar yang akan kita layani. Kita juga dapat menggunakan tools lain untuk mengehtahui apa yang sebenarnya konsumen inginkan dari produk/jasa yang kita tawarkan. Tools lain yang dapat kita gunakan adalah Conjoint Analysis. Karena pada 2 tahap ini masih sedikit atau tidak ada ikatan emosional, maka kita harus melakukan Pricing dengan tepat.

2. Performance.
Untuk mencapai tahapan ini, kita harus menunjukkan bahwa produk/jasa yang kita tawarkan lebih baik dari perusahaan pesaing. Untuk melakukan itu, kita harus mengedukasi konsumen dan memberikan informasi yang tepat agar mereka dapat membandingkan produk kita dengan produk pesaing dan tahu mengapa produk kita superior dibanding pesaing. Untuk membantu, kita dapat menggunakan USP(Unique Selling Proposition) Analysis.

3. Advantage and Bonding.
Untuk mencapai tahapan ini, kita harus mengkomunikasikan lebih jauh lagi benefit yang diberikan oleh brand kita. Kita dapat memberikan produk superior (higher quality lower price) tapi biasanya strategi ini membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar. Kita dapat menggunakan cara lain yaitu mengaitkan brand kita dengan satu emosi yang spesifik seperti senang, sedih, adventure dan lain-lain.

Saat konsumen telah merasakan dan mengehtahui bahwa brand kita merepresentasikan suatu emosi tertentu, maka konsumen akan membangun ikatan emosional yang kuat dan mulai menyebarkan word of mouth positif. Pada saat ini, kita dapat melakukan reinforcement pada word of mouth yang disebarkan dengan memberikan reward kepada konsumen yang menyebarkan word of mouth positif tentang produk kita.

Sekian dulu corat-coret gue kali ini tentang penerapan brand pyramid. Cheers!


Brand Pyramid

Semua orang punya ikatan emosional terhadap suatu produk dan ikatan emosional tiap orang berbeda-beda jadi mungkin aja jika kita melihat barang yang sama tapi merasakan hal yang berbeda. Ikatan emosional inilah yang akan gue bahas dengan bantuan Brand Pyramid. Brand Pyramid sendiri dibagi menjadi 5 tahap yang akan gue jelaskan dibawah ini.

1. Presence
Pada tahap ini, konsumen sudah tahu ataupun sudah pernah menggunakan suatu produk/jasa tetapi tidak merasakan ikatan emosional.

2. Relevance
Pada tahap ini, konsumen mulai mempertanyakan apakah produk/jasa yang mereka pakai sudah memenuhi needs and wants mereka. Apakah cost yang mereka keluarkan sesuai dengan benefit yang didapatkan.

3. Performance
Pada tahap ini, konsumen mulai membandingkan suatu merk dengan merk pesaing dan apakah kinerja dari brand tersebut telah sesuai dengan janjinya. Pada tahap ini, konsumen juga mulai membangun asosiasi brand dengan identitas yang spesifik.

4. Advantage
 Pada tahap ini, konsumen mulai membedakan benefit yang didapat dari masing-masing brand dan mulai dibandingkan. Pada tahap ini juga konsumen mulai memiliki ikatan emosional dengan suatu brand.

5. Bonding
Pada tahap ini, konsumen mulai menjalin hubungan dengan sebuah brand. Konsumen yakin bahwa biaya, benefit, dan perfomance dari brand ini sudah sesuai dengan keinginan mereka. Pada tahap ini juga mereka telah membangun ikatan emosional yang kuat dengan brand tersebut dan brand itu sudah menjadi bagian dari self-image mereka. Customer yang berada pada tahapan ini biasanya menjadi vocal advocate dari brand dan mulai menyebar positif word of mouth.

Jika digambarkan, maka bentuk dari tiap tahapannya adalah sebagai berikut:


Jika dilihat, maka pada tahapan Bonding lah customer akan memberikan revenue potential yang paling besar maka dari itu sebaiknya kita membangun ikatan emosional yang kuat dengan konsumen. Sekian dulu corat-coret gue tentang brand pyramid. Cheers!

Brand Personality Part 2


Pada entry kali ini, gue akan menyelesaikan pembahasan tentang brand personality dan memberikan kriteria serta contoh dari masing-masing kelompoknya. Seperti yang gue bahas pada entry sebelumnya, beberapa brand memiliki personalitynya masing-masing dan dapat dipakai untuk segmenting pasar dan menentukan target market mereka. Jangan sampai target market yang dipilih tidak sesuai dengan brand personality dari brand kita. Jadi langsung aja ya gue lanjutin pembahasan tentang brand personality.

1. Competence


A. Reliable
Kriteria:
-Reliable
-Hard-Working
-Secure

B. Intelligent
Kriteria:
-Intelligent
-Technical
-Corporate

C. Successful
Kriteria:
-Successful
-Leader
-Confident

 

2. Sophistication


A. Upper class
Kriteria:
-Upper-class
-Glamorous
-Good-looking

 B. Charming
Kriteria:
-Charming
-Feminine
-Smooth




 

3. Ruggedness


A. Outdoorsy
-Outdoorsy
-Masculine
-Western

B. Tough
-Tough
-Rugged






Sebuah brand tentu saja dapat memiliki beberapa brand personality yang sejenis. Misalkan Sincerity dan Competence dapat digabungkan. Excitement dan Ruggedness juga sering digunakan bersama-sama. Tapi kombinasi yang jarang digunakan adalah sophistication dan ruggedness karena beberapa kriterianya mungkin bertabrakan. Sekian dulu corat-coret gue tentang brand personality cheers!

Brand Personality Part 1

Jadi, beberapa minggu lalu dikelas Manajemen Merk, Danis dosen manajemen merk gue menjelaskan bahwa merk mempunyai personality yang ingin ditampilan. Personality yang ingin ditampilkan dapat bertujuan agar brand identity lebih kuat maupun menarik pelanggan karena dengan banyaknya merk pesaing maka kita dapat menggunakan brand personality untuk memancing konsumen untuk meyakinkan bahwa produk kita lebih "cocok" dengan keinginan konsumen. Langsung aja ya gue bahas disini masing-masing personality dan kriterianya.

1. Sincerity


A. Down to Earth
Kriteria:
-Family Oriented
-Small-Town
-Down to Earth 
B. Honest
Kriteria:
-Sincere
-Honest
-Real
C. Wholesome
Kriteria:
-Orginial
-Wholesome
D. Cheerful
Kriteria:
-Cheerful
-Sentimental
-Friendly

2. Excitement

A. Daring
Kriteria:
-Trendy
-Daring
-Exciting

B. Spirited
Kriteria:
-Cool
-Spirited
-Young

C. Imaginative
Kriteria:
-Unique
-Imaginative

D. Up-to-date
Kriteria:
-up-to-date
-independent
-contemporary

Dari 2 contoh diatas, tentu saja kita bisa menentukan market segmentnya berdasarkan dari kriteria yang dimiliki dari masing-masing brand personality, jadi kita dalam melakukan segmenting dengan melihat brand personality yang kita miliki sehingga dapat memilih target yang lebih baik. Sekian dulu corat-coret gue tentang brand personality dan gue akan lanjutkan sisanya di part 2.

Brand Strategies Part 2


Entry kali ini gue akan melanjutkan tentang brand strategy yang udah sebagian gue bahas pada entry sebelumnya, kali ini gue akan bahas 5 brand strategy lainnya. Langsung aja gue bahas ya.

1. Multi Brand Strategy
Strategi ini biasanya dipakai oleh perusahaan yang sudah kuat dan berada pada pasar yang jenuh. Jadi jika menggunakan strategi ini perusahaan akan meluncurkan produk yang biasanya memiliki spesifikasi dan target pasar yang sama tetapi menggunakan merk yang lain. Tujuannya adalah mengambil target pasar sebanyak-banyaknya. Biasanya jika menggunakan strategi ini akan terjadi kanibalisasi antar merk. Contohnya Volkswagen mengeluarkan beberapa merk kelas premium yaitu Audi, Bentley, Bugatti dan Lamborghini.



2. Private Labels
Strategi ini biasanya dilakukan oleh pihak retailer. Biasanya brand yang namanya tidak begitu kuat lebih baik berkerja sama dengan pihak retailer untuk membuat merk atas nama pihak retailer untuk produknya. Contohnya adalah tissue yang dijual atas merk dagang Carrefour biasanya diproduksi oleh perusahaan lain.
3. Individual/Organizational Branding
Strategi ini menggunakan orang/organisasi sebagai merk. Untuk individual branding, biasanya perusahaan menggunakan nama dan jenjang karir orang tersebut sebagai strategi branding. Contohnya adalah Fred Perry(Atlet Tennis).




4. CrowdSouring Branding
Strategi ini adalah kebalikan dari metode tradisional. Crowdsourcing menggunakan opini konsumen untuk membangun sebuah brand. Kelebihan dari strategi ini adalah meminimalisir adanya brand failure. Contoh perusahaan yang menggunakan strategi ini adalah Budweiser. Perusahaan ini membuat event yang dinamakan "Project 12" dimana konsumen dapat memilih varian beer baru dan nama beer tersebut.



5. Nation Branding
Strategi ini bertujuan untuk mengukur, membangun, dan manage reputasi dari sebuah negara. Untuk Indonesia sendiri masih sedikit sekali yang menggunakan strategi ini. Contoh produk yang menggunakan strategi ini adalah produk Damn I Love Indonesia ciptaan VJ Daniel.


Sekian corat-coret gue kali ini tentang Branding Strategies. Cheers!

Sabtu, 14 Maret 2015

Branding Strategies Part 1

Beberapa minggu lalu, dosen gue Rex digantikan oleh temennya yang bernama Danis, dikelas Danis pun beberapa kali menyinggung tentang Brand Strategy dan Brand Management, karena tertarik, gue pun coba mencari-cari informasi tambahan tentang Brand Strategy. Setelah melakukan beberapa pencarian singkat di google, gue menemukan ada beberapa Brand Strategy yang biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Jadi dalam entry kali ini, gue akan membahas tentang jenis-jenis Brand Strategy.

1. Individual Branding
Karena adanya segmen market yang berbeda, ada strategi branding yang dilakukan untuk meraup beberapa segmen market sekaligus dengan produk yang masih sejenis. Contohnya, PT Santos Jaya Abadi memiliki 2 brand kopi dengan ampas yaitu Kapal Api dan Fresco. Inilah yang dinamakan dengan individual branding. Sebuah perusahaan mengeluarkan 2 produk dengan merk masing-masing untuk segmen pasar yang berbeda. Selain itu ada contoh juga dari Toyota yang mengeluarkan brand Lexus untuk kalangan menengah keatas.









 2.Attitude Branding
Yang dimaksud dengan attitude branding adalah branding yang dilakukan agar produk dapat memproyeksikan self expression dari konsumen tetapi produk tersebut belum tentu ada hubungannya dengan ekspresi itu sendiri. Contohnya adalah Body Shop, perusahaan ini membantu memproyeksikan ekspresi natural dan keingan konsumen untuk "go green" tetapi produk yang dijualnya (parfum, sabun, pewangi, dll) tidak ada hubungan langsung dengan konsep go green/natural tersebut.



3. "No Brand" Branding
No brand branding adalah suatu strategy yang dilakukan dengan cara membuat packaging yang memiliki kesederhanaan generic brand. Contoh yang dapat diambil adalah taksi Yellow Cab, pada awalnya taksi ini tidak memiliki brand dan hanya mengandalkan warna dari armada taksinya sebagai tanda pengenal yaitu warna kuning, hence "Yellow Cab".



4. Derived Brands
Strategy ini biasanya dilakukan oleh supplier komponen-komponen/produk yang biasanya tidak terlihat dari luar. Salah satu perusahaan yang menggunakan strategy ini adalah Intel, dengan menggunakan sticker "Intel Inside", maka Intel dapat memposisikan diri sebagai supplier dan melakukan promosi secara tidak langsung.



5. Brand Extension
Strategy ini biasanya dilakukan oleh brand yang telah memiliki kekuatan yang besar di market sehingga dapat membuat lini produk yang baru baik yang berhubungan atau tidak. Contoh perusahaan yang menggunakan strategy ini adalah Zippo. Selain memproduksi korek api, Zippo memproduksi parfum untuk wanita. Tetapi salah satu kerugian dari strategy ini adalah adanya kemungkinan terjadi Brand Dilution, yaitu kehilangan brand association di market segment.



Sampai sini dulu corat-coret gue kali ini tentang Branding Strategy, entry berikutnya akan gue lanjutkan bahasan tentang Brand Strategy

Minggu, 01 Maret 2015


Types of Brand Name

 


Pada blog yang sebelumnya, gue udah pernah membahas sebagian kecil dari brand names dan menjelaskan jenis-jenis brand name yang sering digunakan. Sekarang gue akan coba breakdown jenis-jenis brand name lainnya. Gue akan bahas 10 jenis brand name dan gue juga akan memberikan contohnya untuk masing-masing jenis.

1. Acronym
Nama yang dibuat dari inisial beberapa kata. Contohnya, IBM(International Business Machine) dan KFC(Kentucky Fried Chicken)




2. Amalgam
Gabungan dari beberapa kata dan membentuk kata baru. Contohnya, Nabisco(National Biscuit Company)





3. Alliteration and Rhymes
Menggunakan gabugan kata yang mungkin tidak berhubungan tapi enak untuk diucapkan dan berima. Contohnya 7Eleven dan TicTac.


 



4. Descriptive
Nama yang digunakan merupakan penjelasan dari produk/service ataupun benefit yang ditawarkan. Contohnya, Toy R Us dan Sports Illustrated.


 


5. Clever Statement
Nama yang digunakan biasanya terbentuk dari kalimat/phrase. Contohnya, I Can't Believe It's Not Butter


6. Founder's Name
Nama yang digunakan berasal dari nama founder bisnis tersebut. Contohnya, Wendy's dan Bacardi 




7. Geography
Nama yang digunakan memiliki asosiasi dengan nama daerah/tempat. Contohnya, FujiFilm yang memiliki asosiasi dengan Gunung Fuji yang terletak di Jepang.



8. Mimetics
Nama yang digunakan menggunakan alternatif spelling tetapi terdengar sama ketika diucapkan secara verbal. Contohnya, Krispy Kreme(Crispy Cream) dan 2(x)ist(To Exist).


 
9. Neologism
 Nama yang digunakan berdasarkan nama buatan yang tidak memiliki arti. Contohnya, Kodak dan Wii


10. Portmanteau
  Nama yang digunakan berasal dari gabungan 2 kata yang membentuk sebuah kata baru. Contohnya, verizon(vertical and horizontal) dan pinterest(pin and interest)

Sekian dulu corat-coret gue tentang brand names, Cheers!




Brand Elements Part 2

Meneruskan entry gue sebelumnya, adanbeberapa lagi brand elements yang penting dan akan gue bahas pada entry kali ini, memang brand elements yang akan gue bahas kali ini memang terkesan unik dan jarang ditemui karena hanya beberapa brand saja yang memiliki brand elements yang akan gue sebutkan.

1. Jingle
Beberapa brand memiliki jingle/sound yang unik sehingga lebih gampang dikenali oleh potential customer. Contohnya adalah Sosis So Nice yang jingle nya sudah familiar.

2. Bentuk
Untuk beberapa kasus, bentuk merupakan brand elements yang terkandung pada sebuah produknya, cotoh yang paling sering ditemui adalah Coca-Cola dan Yakult. Botol kemasan yang digunakan oleh perusahaan tersebut merupakan brand elements dari perusahaan tersebut.


3. Rasa
Rasa sebuah produk yang sudah familiar dan unik juga dapat menjadi brand elements dari sebuah brand. Contohnya adalah rasa dari Pocari Sweat.
4. Scent
Scent suatu produk juga dapat dijadikan menjadi brand elements ketika scent tersebut mempunyai asosiasi yang tinggi dengan produk dari suatu brand. Contohnya adalah Roti Boy. Scent yang dimiliki Roti Boy khas sehingga jika orang mencium scent tersebut orang ingat Roti Boy.





Sekian dulu corat-coret gue kali ini, Cheers!

Brand Elements Part 1

 


Pernah kepikiran ga sih kenapa suatu perusahaan berani mengeluarkan biaya besar untuk membuat sebuah brand? Dari pembuatan logo hingga pembuatan jingle. Perusahaan berani mengeluarkan biaya yang besar karena brand element sangat berpengaruh terhadap kesuksesan suatu brand. Sebelum membuat brand, ada beberapa brand elemen yang harus diperhatikan agar nantinya brand dapat berkembang dengan baik.

1. Brand Names
Pemilihan nama sebuah brand tentu berpengaruh terhadap kesuksesan suatu brand.Ada penamaan sebuah brand yang biasa dilakukan.
a. The Blank Slate: Penamaan brand tidak ada hubungan dengan produk/jasa yang dijual(abstract). Contohnya Windows
b. Direct Approach: Penamaan brand sesuai/berhubungan dengan produk yang dijual. Contohnya Burger King
c. Coining a Name: Penamaan brand berdasarkan kata baru yang sebelumnya tidak ada. Contohnya Lazada/OLX

2. Logo
Untuk logo, ada beberapa yang perlu diperhatikan:
a. Simple
b. Memorable
c. Timeless
d. Versatile
e. Appropriate
Ada juga beberapa jenis logo yang dapat digunakan:

Combinationmark
Logotype/Workmark









Icon/Symbol












3. Colors
Seperti yang sudah pernah gue bahas pada entry sebelumnya, warna memiliki peran untuk menarik niat customer dari sisi psikologi.

4. Taglines
Slogan/taglines dapat membantu perusahaan untuk mengkomunikasian Unique selling proposition mereka. Contohnya AirAsia, Now Everyone Can Fly karena unique selling propositionnya adalah maskapai penerbangan murah.



Sekian dulu corat-coret gue kali ini, pada entry selanjutnya gue akan melanjutkan bahas tentang brand elements.